Selasa, 03 Mei 2011

AKU CINTA NEGERI INI TAPI AKU BENCI DENGAN SISTEM YANG ADA

Sekilas Tentang Negeriku
1. Dikutip dari Film Never Back Down..
"Setiap Orang Punya Pertempuran Yang Berbeda"
Yah, begitupun dengan negeri ini..
Setiap orang termasuk para petinggi negeri ini punya pertempuran tersendiri..
Kita yang saat ini berada dibawah berusaha melawan segala keterbatasan kita baik itu dalam pendidikan, kemiskinan, dan banyak hal yang mungkin dilupakan oleh para pemimpin kita..
Sementara para petinggi negeri ini sedang melawan korupsi, dan diri mereka sendiri agar mampu memberdayakan apa yang ada...
Namun Kebanyakan dari mereka yang ada diatas kebanyakan gagal...
Korupsi semakin merajalela..(Uwda Turun Temurun)
Mereka sibuk mencari kesalahan orang lain agar bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi..(Bikin Malu Aja)
Mereka sibuk mengurus kepentingan pribadi dan komunitas mereka..(Duit Rakyat Yang Lo pake.. Sadarr Oeeeiii)
Inilah negaraku yang gak bakal pernah maju..(selama masih punya pemimpin seperti itu)
2. Dikutip dari Film Alangkah Lucunya Negeri Ini
"Pendidikan itu gak penting, Pendidikan Bakal Jadi Penting Kalo Punya Koneksi Ama Duit"
Neh Film Top Markotop Spesial Buat Para Koruptor Bangsat
Tapi film bener sangat untuk masalah pendidikan...
Itulah Kenyataan yang ada disekitar kita..
Banyak Sarjana yang hanya menjadi tukang ojek lebih parahnya lagi jadi pengangguran...
Itu bukan karena mereka kurang berpengalaman atau kurang professional tapi karena kurang koneksi dan duit..
Yah, dimaklumi aja yang dibutuhin negeri ini bukan orang yang professional tapi orang yang berpengaruh..
So, Jangan heran kalo kita liat penyalahgunaan dimana-mana,..banyak fasilitas umum yang tidak terawat dan dilupakan..
Semuga aja tuh para petinggi negara pada tonton tu film supaya cepet sadar...
3. Dikutip dari Film 3 Idiots
"Give me A Reason and A Chance To Grow Up Once Again"
Boro-boro kesempatan kedua, kesempatan pertama aja gak ada...
Kalo kita lihat banyak negara yang maju disegala bidang itu karena pendidikan...
yah, itu karena adanya penyetaraan jenjang dan fasilitas pendidikan di tiap sekolah dan universitas...
Tapi lihat apa yang ada di negeri ini...
Jangankan fasilitas...
Ruang kelas aja gak terawat, kemana dana perawatan fasilitas pendidikan yang tiap tahun dianggarkan..
Gak Malu apa tu para petinggi minta Gedung DPR baru truz pake mobil mewah bwad jaga gengsi..
Kalo belinya pake duit pribadi sih gak masalah..
Pake duit rakyat noh...
Satu Lagi...
Tuh para petinggi sudah pernah baca UUD 1945 pasal 34 gak ea
Para Fakir Miskin dan anak Terlantar dipelihara Oleh negara...
Mana Pembuktiannya...
Anak-anak pengasong dan pengamen dijalanan dikejer abis-abisan sama om trantib...
Bikin malu aja..
orang cari rezeki halal kug dikejer-kejer...
Urus dulu yang si om korup yang bikin mereka melarat...
4. Dari Om Ajib Dan Om Titis...
"Pemerintah Kebanyakan Proyek Gak Jelas"
Kalo Yang ini Saya Kali 4 jempol...
Gak usah jauh-jauh..
di Lombok tempat saya menetap sekarang ini aja sudah keliatan..
contohnya aja BIL (Bandara Internasional) dan IC (Islamic Center)
BIL yang direncanakan selesai tahun ini untuk memboncengi wisatawan asing dalam program Visit Lombok Sumbawa masih gak jelas keadaannya..
Eh sudah ditumpuk dengan proyek pembangunan IC..
parahh...
Bikin malu aja...
Kalo menurut saya seh..
perbaiki dulu permasalahan utamanya..(PENDIDIKAN)
Kalo pendidikan udah dibenahi dengan baik dan menghasilkan SDM yang bisa diandalkan barulah pembangunan merambah ke sektor laen...
Masih banyak tuh orang diluar sana yang belum bisa baca tulis..
5. Kalo yang ini dari saya sendiri
"SINETRON = PERUSAK MORAL DAN PEMBODOHAN"
Kalo yang satu ini gak perlu dipertanyakan lagi..
90% acara televisi adalah sinetron...
Buat departemen atau instansi terkait lihat TV dund..
Gak malu apa..
Si sinetron cuma ngajarin banyak orang tentang CINTA, BALAS DENDAM, Dan Masih banyak hal buruk lagi...
Coba lebih diseleksi tayangan yang mau ditayangkan..
Pilih yang MENDIDIK bukan yang memperkaya dan mempertebal kantong kalian...
Kasian tuh anak-anak Sekolah yang Married lantaran Kecelakaan alias bunting duluan...
Kalo anak-anak situ yang buat film seh gpp..(Bunting duluan baru married)

Untuk kali ini itu dulu dah...
Next time dilanjutin lagi kalo sempet..
So, Marilah kita bersama merubah apa yang salah di negeri..
Karena belajar dari kesalahan adalah jalan untuk membuat kita maju...

NB :
Kalo ada yang kurang setuju mohon maaf..
It's just Ma Opinion..
Lagian Ne Negara kan Negara Demokrasi..
So Silahkan berkarya...
"SILAHKAN KALIAN PENJARAKAN AKU TAPI JANGAN PENJARAKAN HATI DAN KREATIFITASKU"

Retaken From My Notes
 
Read This Entry >>

Belajar Hidup Lewat Depresi

Depresi telah menjadi suatu epidemi di zaman modern. Bahkan dibutuhkan biaya besar untuk mengatasinya. Di Inggris, satu dari empat orang menderita depresi. Lebih dari 30 juta resep antidepresan dikeluarkan dokter setiap tahunnya.
Seperti dikutip Daily Mail, penyebab depresi bisa berakar dari masalah keluarga, trauma, kecemasan berlebih, stres, juga masalah keuangan kronis.
Terlepas dari efek buruk depresi, sejumlah ahli justru melihat peluang positif untuk perbaikan kualitas hidup penderita. Efek negatif depresi bisa menjadi pengalaman yang akan mengubah hidup lebih positif. Membuat mereka yang mengalaminya bekerja lebih keras, lebih tahan terhadap ujian, dan lebih kreatif.
Depresi justru bisa menjadi pengalaman yang bisa mengajari seseorang tentang bagaimana cara bertahan hidup. Ini merupakan evolusi mekanisme bertahan hidup yang membantu seseorang menghadapi krisis hidup. Depresi akan memaksa penderita belajar menilai prioritas hidup.
Setiap orang perlu memenuhi kebutuhan hidup, perlu menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa saling menyayangi agar bisa menjadi bagian dari kelompok sosial. “Kadang-kadang kita dapat belajar untuk melakukan itu melalui rasa sakit depresi," kata Dr Paulus Keedwell, psikolog dan psikiater dari Cardiff University.
Didukung sebuah studi di Belanda, sejumlah peneliti menganalisis dampak depresi pada 165 orang. Peneliti melihat bagaimana mereka mengatasi masalah tegangan hidup sebelum dan sesudah gangguan mental.
Peneliti berharap menemukan pasien dengan kondisi depresi kronis akibat pengalaman buruk, dan bisa mengetahui bagaimana mereka berjuang mengatasi masalah hidup dan bertahan.
Nyatanya, depresi yang dialami sebagian besar orang memiliki vitalitas yang lebih. Bisa meningkatkan kehidupan sosial dan kinerja yang lebih baik di tempat kerja.
Profesor Peter Kinderman, anggota British Psychological Society, mengatakan depresi ringan sampai sedang dapat memiliki dampak positif dan tidak boleh dianggap sebagai keluhan medis melainkan sebagai reaksi yang normal dalam kehidupan.
"Kita tahu bahwa ketika seseorang sangat depresi itu benar-benar berbeda dari keadaan normal mereka ," katanya. "Tapi itu bukan berarti abnormal. Itu bagian dari hidup. "
Depresi bisa sangat bermanfaat, jika kondisinya masih dalam taraf ringan hingga sedang. Seperti putus cinta atau kehilangan orang terkasih. Ini dapat bertindak sebagai katalis untuk mengevaluasi kembali apa yang penting dalam hidup.
Marjorie Wallace, pendiri amal kesehatan mental SANE, mengatakan bahwa depresi adalah suatu bentuk 'kesedihan ganas' yang dapat menyiksa dan merusak. Tapi bagi sebagian orang, depresi bisa menjadi penyemangat hidup. Ketika mereka mulai sadar bahwa tidak bisa menyerah pada kondisi tersebut, mereka akan berkata, "Saya harus bertahan hidup".

Ref : vivanews
Read This Entry >>
Jumat, 22 April 2011

Hidup Mereka Bertumpu Di Rawa Biru


Ditemani sekawanan anjing, Thomas Sanggra (20) bersama empat rekannya berjalan menuju Rawa Biru, Kawasan Taman Nasional Wasur, Merauke, Papua. Menyusuri pepohonan bus, Melaleuca sp, mereka siap-siap berburu dengan panah dan tombak.
”Kami mau tangkap saham (kanguru). Nanti sore kami juga sudah kembali dan pasti sudah dapat satu saham,” ujar Thomas mengawali kegiatan berburu, Sabtu (9/4/2011).
Bagi Thomas dan komunitas suku Marind, kawasan Rawa Biru adalah savana kehidupan. Di hamparan rawa seluas sekitar 4.000 hektar, suku Kanum, subsuku Marind, di Kabupaten Merauke, Papua, itu menggantungkan hidup. Berburu dan meramu dilakoni saban hari oleh empat keluarga besar (marga) yang menetap di kampung yang terletak di kawasan Taman Nasional Wasur, yakni marga Dimar, Banggu, Maiwa, dan Sanggra.
Kehidupan berburu memang kental di Kampung Rawa Biru yang dihuni sekitar 60 keluarga atau 248 jiwa suku Kanum. Para pria dewasa, bahkan anak laki-laki usia SD, berburu hewan di setiap waktu.
Hamparan savana, rawa, dan pepohonan bus merupakan habitat bagi kanguru tanah, kanguru lapang, rusa, babi, ikan, dan buaya.
Sejak kecil, anak-anak suku Kanum sudah diakrabkan dengan ”kemurahan” alam. Oleh orang tua mereka, anak-anak itu diajari cara menghidupi diri lewat berburu ataupun meramu.
Antonius Dimar (19) belajar berburu saham sejak umur 9 tahun. Sejak usia bocah, ia telah mahir menyergap rusa dan kanguru dengan sekali melepaskan anak panah dari busurnya atau sekali melemparkan tombak.
Tradisi setempat mewajibkan seorang ayah untuk mengajak anak laki-lakinya berburu. Sering kali ajakan berburu lebih diminati anak-anak mereka daripada bersekolah. Bolos sekolah sesuatu yang lumrah.
Sementara kaum pria berburu, kaum perempuan bertugas mengurus bayi-balita, serta menokok sagu, dan memasak.
Rupanya, tidak saban hari warga setempat berburu. Biasanya berburu dilakukan setelah jeda 3-4 hari. Pasalnya, selain tempat perburuan kian jauh, jumlah hewan buruan pun makin berkurang. Hewan buruan kian terdesak menjauh dari perkampungan.
Biasanya, sekali berburu, Antonius menempuh perjalanan menggunakan kole-kole (sampan dari kayu pohon bus) menuju lokasi menyusuri rawa. Sekali perjalanan butuh waktu 6 jam.
Mereka sering kali harus tidur di hutan 1-2 malam dengan membawa bekal secukupnya. Jika ingin berburu rusa, malam hari mereka tidur di hutan dan baru keesokan harinya berburu.
Lain lagi jika urusan berburu buaya. Untuk memburu hewan jenis melata ini, mereka menyusuri sungai pada malam hari. Senter adalah alat utama.

Hukum adat
Perburuan oleh warga suku Kanum lebih didorong faktor ekonomi. Buruan tidak semuanya mereka konsumsi sendiri, tetapi mereka jual. Uang dari hasil berburu mereka gunakan untuk membeli bahan kebutuhan pokok, seperti beras, garam, rokok, dan pinang, serta memberikan uang saku kepada anak.
Uang hasil berburu biasanya akan habis dalam 3-4 hari. Jika uang sudah habis, mereka berburu lagi. ”Hanya dari berburu kami bisa dapat uang,” ungkap Markus Dimar (27), warga Kampung Rawa Biru.
Mereka umumnya menjual buruan ke Merauke. Di perkotaan, kulit buaya dijadikan bahan kerajinan yang menghasilkan dompet, tas, dan sepatu. Adapun daging rusa dijadikan dendeng, sate, dan bakso. Harga daging hewan buruan relatif murah. Rusa yang diburu semalaman dihargai Rp 20.000 per kg. Berat bersih daging rusa sekitar 20 kg per ekor, sedangkan kanguru dihargai Rp 30.000 per ekor.
Hasil itu harus dibagi rata sesuai jumlah orang yang berburu, biasanya 2-3 orang. Buaya relatif memiliki harga jual lebih tinggi, sebanding dengan risiko memburunya, tetapi hanya kulitnya yang laku dijual. Daging buaya biasanya dikonsumsi sendiri oleh keluarga pemburu.
Nicolaus Nek Tjong (66), pengusaha dendeng rusa di Merauke, mengaku kini semakin susah mendapatkan pasokan daging rusa. Padahal, tahun 1990-an, rusa masih bisa ditemukan berkeliaran di tepi kota Merauke. Kini, pemburu harus mencari rusa di pedalaman. Pihaknya pun sekarang lebih banyak dikirimi daging rusa dari pedalaman jauh dari Merauke, seperti Kimam, Kondo, dan perbatasan RI-Papua Niugini.
Karena tidak ingin rusa makin langka, Nek Tjong selektif membeli daging dari pemburu. Hanya daging rusa dewasa yang dibelinya. ”Kami hanya pilih rusa dewasa. Yang masih muda kami tolak,” kata Tjong.
Komunitas suku Kanum pun mulai menyadari langkanya hewan buruan. Menyikapi hal itu, komunitas itu membuat perjanjian bersama. Hanya hewan dewasa yang boleh diburu. Adapun anakannya dibiarkan hidup. Mereka juga menerapkan hukum adat sasi untuk melindungi populasi hewan.
Adat ini melarang berburu atau mengambil komoditas hutan tertentu yang diikrarkan oleh satu marga dalam satu kurun waktu tertentu. Umumnya, sasi berlaku 1-2 tahun dan harus dipatuhi semua marga. Sasi diberlakukan dengan cara memasang patok-patok kayu di wilayah tanah ulayat marga yang berakad.
Masa jeda itu bertujuan memberikan berkesempatan kepada hewan untuk berkembang biak. ”Ini salah satu wujud kearifan lokal masyarakat Marind dalam menjaga kelestarian alam,” kata Dadang Suganda, Kepala Balai Taman Nasional (TN) Wasur.
Pihak Balai TN Wasur sendiri tidak melarang warga asli yang tinggal di dalam kawasan TN Wasur untuk berburu hewan selama itu dilakukan dengan alat-alat tradisional. Apalagi, orang Marind sudah lebih dulu menghuni taman seluas 413.810 hektar itu sebelum TN Wasur terbentuk. Balai TN Wasur melarang perburuan menggunakan senapan. Adang mengakui, meski memang ada penurunan populasi, jumlah rusa dan kanguru di TN Wasur masih terkendali, 1-2 ekor per hektar.

Tumpuan hidup
Selain sebagai ladang protein bagi suku marind di sekitar TN Wasur, Rawa Biru juga menjadi sumber kehidupan bagi 195.176 penduduk Merauke.
Rawa ini merupakan sumber air bersih. Tiap hari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Merauke mengolah 5,2 juta liter air dari rawa itu untuk dialirkan ke rumah-rumah penduduk.
Menurut Kepala PDAM Merauke, Stasiun Rawa Biru, Jimi S Lobo, air bersih itu berasal dari mata air, hujan, dan air laut yang masuk ke rawa.
Begitu pentingnya Rawa Biru, warga melestarikannya dengan sejumlah kesepakatan bersama. Tidak boleh memandikan ternak di rawa. Juga tak boleh membuang sampah di rawa.
Kini warga bahu-membahu membersihkan tumbuhan tebu rawa (Hanguana sp). Akar tumbuhan ini diduga menyerap air dan mengganggu sirkulasinya.

Referensi : travel.kompas.com
Read This Entry >>

Support

adf.ly - shorten links and earn money!
Powered By Blogger